Minggu, 21 September 2014

3 Langkah Sadar Investasi

Kemanapun tujuan kita, perjalanan harus dimulai dengan satu langkah awal. Untuk mengantar Anda menuju apapun tujuan hari depan Anda, saya persembahkan bukan satu, tapi sekaligus tiga langkah awal: 3i – insyaf, irit, invest.

First “i”: INSYAF
Pertama, Anda harus sadar dulu. Beberapa fakta berikut ini sebenarnya bukan sesuatu yang baru. Tapi berhubung banyak dari kita yang masih “denial”, fakta-fakta ini saya sajikan lagi.



  • Anakku, Investasiku. “Sejak kecil, anakku kuberi makan. Supaya kelak bisa memberiku makan.” Trus bedanya sama sapi perah apa?
  • 10 -> 2. “Dulu, satu keluarga bisa punya 10 anak. Kalopun musti nanggung biaya hidup orang tua, masing-masing 10% cukup. Sekarang, tiap keluarga biasanya Cuma punya 2 anak. Kalau musti nanggung biaya hidup orang tua: beraaaaattt!”
  • Nostalgia. “Inget jaman SD, uang jajan 500 perak bisa dapet bakso semangkok plus minum. Sekarang, ninggalin tip 500 perak di restoran dijamin dapet muka cemberut dari waiter.  Faktanya, daya beli uang kita semakin rendah, karena harga barang terus naik. Gampangnya, menurut angka inflasi pemerintah yang rata-rata 7,93% per tahun (data September 2000-Agustus 2013), kalau biaya hidup kita saat ini 10 juta sebulan, sepuluh tahun lagi biaya hidup kita sebulan adalah 21,5 juta!”

Second “i”: IRIT
“Lapar atau ingin makan?” “Perlu telepon atau ngiler lihat gadget terbaru?” “Butuh atau cuma ingin?” Beda!
Tips irit paling penting: belanja harusnya lebih kecil daripada penghasilan.
Irit, banyak caranya:
  • -       Susun anggaran
  • -       Buat daftar belanja
  • -       Jangan malu nawar
  • -       Kalau bisa bekas, kenapa mesti baru?
  • -       Belanja saat perut kenyang
  • -       Belanja bulanan? Jangan bawa anak
  • -       Cook ‘n freeze!
  • -       Bayar kartu kredit tepat waktu
  • -       Bawa bekal ke kantor
  • -       Bawa cemilan supaya nggak perlu jajan
  • -       Ngopi di rumah jangan di café
  • -       Barang generik bisa berkualitas
  • -       Jual barang yang tidak dipakai lagi
  • -       Jadi masterchef di rumah
  • -       Fitness? Mending jogging
  • -       Mix ‘n match baju kantor
  • -       Rawat barang-barang
  • -       Cat rumah: do it yourself
  • -       Atur ulang perabotan biar nggak bosen di rumah
  • -       Mobil kecil aja
  • -       Cuci mobil dirumah
  • -       Isi ban mobil benar, hemat bensin
  • -       Bikin sendiri kado temen
  • -       Ajar anak hidup hemat
  • -       3 lauk? Nggak nambah kenyang, cuma lebih mahal
  • -       Berkebun: liburan gratis + bunga gratis

Irit setiap hari= enteng!
Coba cek, berapa harga kopi di café langganan Anda? Buat sendiri di rumah, segelas nggak sampe Rp 5.000,-. Kebayang nggak berapa penghematan Anda sebulan hanya dengan merubah kebiasaan-kebiasaan kecil?

Third “i”: INVEST
Keuntungan simpan uang di bawah bantal: nggak kena pajak dan biaya administrasi. Sayangnya duit Anda masih digerogoti kenaikan harga, alias inflasi. So, investasi lah!
SELAMAT! Sekarang Anda sudah lebih tahu daripada orang lain. Terus?
  • -       Pay yourself first. Buat prioritas: amankan dulu hari depan, baru yang lainnya. Kalau selama ini kita biasa belanja dulu baru menabung, coba balik urutannya. Mulai sekarang sisihkan dulu untuk investasi, baru belanjakan sisanya.
  • -   Reguler. Berinvestasi secara reguler (misalnya bulanan) menyebabkan kita berinvestasi pada harga yang berbeda-beda, tinggi maupun rendah. Dengan demikian portofolio kita tidak terlalu terekspos pada naik turunnya pergerakan harga pasar. Investasi reguler merupakan strategi yang baik untuk mengembangkan aset dalam jangka panjang.
  • -    Act now! Makin terlambat kita menunda berinvestasi, makin banyak yang harus kita sisihkan dari pendapatan kita untuk mencapai tujuan kita.
  • -       Disiplin! Ngaak susah! Pake aja fasilitas debet otomatis: anti repot, anti lupa.

(yap/adapted from manulife asset management indonesia’s web. photo credit: google)








Senin, 15 September 2014

Bagaimana Berinvestasi?


3 strategi investasi:
Pada umumnya terdapat 3 jenis strategi investasi:
1. Lump Sum (seluruh modal ditempatkan pada suatu waktu)
2. Market Timing (modal dibagi menjadi beberapa satuan kecil dan ditempatkan pada waktu tertentu yang menurut investor menguntungkan, yaitu pada saat harga mengalami penurunan) 
3. Regular Investment (investasi secara rutin tanpa memperhatikan siklus pasar, misalnya setiap bulan pada tanggal gajian) 











Kita lihat bagaimana masing-masing strategi menghasilkan imbal hasil investasi pada masing-masing kondisi pasar.

Ternyata strategi Market Timing memberikan hasil terbaik dibanding strategi-strategi lain pada saat pasar melemah, tetapi memberikan imbal hasil terburuk pada kondisi pasar menguat. Strategi Lump Sum memberikan imbal hasil terbaik dibanding kedua strategi lainnya pada saat kondisi pasar menguat, akan tetapi menjadi strategi terburuk pada dua kondisi pasar lainnya. Kedua strategi ini sayangnya membutuhkan kemampuan dan pengetahuan sangat tinggi untuk dapat menebak dengan jitu siklus apa yang sedang atau akan berlangsung. Selain itu, strategi Lump Sum juga membutuhkan modal yang relatif besar.

Sementara itu, strategi Regular Investing menawarkan potensi imbal hasil terbaik pada kondisi pasar pemulihan, dan tidak pernah menjadi strategi terburuk pada kondisi pasar lainnya. (yap/adapted from Manulife asset management indonesia’s web/ photo credit: google)


Siapa Perlu Berinvestasi?


Semua orang, karena tidak satupun orang terbebas dari efek inflasi, apapun tujuan yang ingin mereka capai melalui simpanan uangnya. Untuk siapa kita berinvestasi?


Ambil contoh, untuk uang pensiun sebesar Rp 1 miliar, lima belas tahun dari sekarang, berikut ini adalah perbedaan jumlah per bulan yang harus kita sisihkan, jika kita menggunakan instrumen deposito dan saham.


Pada tabel di samping, jelas terlihat bahwa pemilihan instrumen investasi sangat menentukan pola menabung kita. Untuk mewujudkan impian jangka panjang – yaitu pensiun dengan kekayaan Rp1 miliar, dengan simpanan pada deposito dengan bunga rata-rata 9% per tahun, per bulan kita perlu menyisihkan sekitar Rp2,6 juta. Sedangkan dengan investasi pada instrumen saham pada periode yang sama – di mana rata-rata imbal hasil adalah 23,52% per tahun, uang yang perlu disisihkan hanya sekitar Rp600 ribu. (yap/adapted from manulife asset management indonesia's web/photo credit: google)

Apa Itu Investasi?

Anda tentu paham mengenai tabungan. Sama dengan tabungan, investasi adalah proses menanamkan sejumlah modal dengan tujuan mendapatkan imbal hasil. Bedanya?


Risiko dan Potensi Imbal Hasil
Kita dapat berinvestasi melalui berbagai instrumen investasi. Masing - masing instrumen investasi memiliki tingkat risiko dan potensi imbal hasil. Prinsip dasarnya: semakin tinggi risiko, semakin tinggi pula potensi imbal hasilnya.


Pada bagan di samping, terlihat pergerakan instrumen deposito yang relatif stabil dibanding pergerakan instrumen investasi, yaitu obligasi dan saham. Pada titik A, di mana pasar mengalami penurunan, instrumen saham dapat mengalami penurunan nilai yang lebih tajam dibanding obligasi. Akan tetapi pada titik B, di mana pasar mengalami kenaikan, instrumen saham dapat memberikan potensi imbal hasil yang jauh lebih tinggi dibanding instrumen lainnya. (yap/adapted from manulife asset management indonesia's web/photo credit: google)


Kamis, 11 September 2014

Sekarang atau Nanti?


Menunda itu mahal. Gak percaya?

Ambil contoh, kita ingin memiliki uang sejumlah 1 miliar rupiah, sepuluh tahun dari sekarang. Berikut adalah perbandingan jumlah yang perlu disisihkan dari penghasilan bulanan untuk investasi, apabila kita mulai berinvestasi sekarang, 2 tahun lagi atau 5 tahun lagi.


Semakin dini kita mulai berinvestasi, semakin sedikit jumlah yang perlu kita sisihkan untuk mencapai tujuan masa depan kita. Jadi jangan tunda lagi! (yap/adapted from manulife asset management indonesia/photo credit: google)

Rabu, 10 September 2014

Mau Gaya atau Kaya?

Jika Anda bekerja, tentu Anda memiliki penghasilan. Apa saja hal pertama yang Anda lakukan dengan penghasilan tersebut? Belanja? Bayar tagihan kartu kredit? Lalu bagaimana dengan berinvestasi? Pasti hanya kalau ada sisa ya? ;)

Model pengelolaan keuangan seperti ini tentunya tidak menjamin Anda bisa hidup nyaman di masa tua.




Pada pola konsumsi A, “Belanja dulu, sisanya ditabung”, jumlah simpanan tidak dapat ditentukan karena hanya merupakan apa yang tersisa setelah gaji dibelanjakan. Kadang-kadang malah tidak bersisa sama sekali! Dengan jumlah yang tidak tetap, tentunya sulit untuk sampai di tujuan jangka panjang tepat pada waktunya.

Pada skenario B, “Menabung dulu, sisanya dibelanjakan”, pencapaian tujuan jangka panjang dapat diproyeksikan dengan mudah. Jumlah yang teratur setiap bulannya membuat setiap orang mampu mendisiplinkan dirinya pada tujuan keuangan yang telah ditetapkan serta melakukan evaluasi secara berkala.


Jadi, jangan terbalik. Pay yourself first! 
     
"
Ingat perusahaan yang harga sahamnya naik 35% per tahun selama 14 tahun, dari Rp 204 di tahun 1997 ke Rp 7.400 sekarang? Nah, anggap saja Anda memiliki dana Rp 50 juta pada tahun 1997, dan dua pilihan: membeli mobil, atau berinvestasi pada saham perusahaan tersebut. Jika Anda memilih membeli mobil, seiring berjalannya waktu nlai mobil tersebut turun karena terdepresiasi. Belum lagi Anda harus menanggung biaya pemeliharaan yang terus bertambah. Kalau saja Anda berinvestasi pada saham perusahaan tersebut, uang Anda saat ini telah berkembang menjadi Rp 1,8 milyar!  
                                                                              "
 So, belanja dulu atau investasi dulu? ;) (yap/adapted from various sources. photo credit: google)

Nabung Aja Nggak Cukup!

Yakin Kerja Keras Anda Terbayar? Yakin kalau bersakit-sakit dahulu pasti bersenang-senang kemudian? Yakin asset Anda terus berkembang? Yakin simpanan Anda tidak tergerus inflasi?

Tujuan utama dari menabung adalah menumbuhkan asset serta memenuhi kebutuhan masa depan. Pada kenyataannya, instrument simpanan tradisional seperti tabungan atau deposito tidak mampu memberikan imbal hasil yang sanggup menandingi inflasi. Akibatnya, nilai asset akan terus tergerus. Sebagai contoh, dengan tingkat inflasi rata-rata 6% per tahun versus tingkat bunga deposito yang berkisar 5,6% net per tahun jelas tidak cukup menandingi tingkat inflasi. Artinya, jika seseorang menabung pada instrument tradisional tadi, asetnya bukannya berkembang melainkan malah berkurang.

Fakta ini menunjukkan bahwa menabung bukan pilihan terbaik untuk sesuatu yang sifatnya jangka panjang. Jika ingin hidup nyaman di masa depan, orang harus mencari alternative investasi yang memberikan imbal hasil lebih tinggi dari inflasi sehingga nilai asetnya akan bertambah. Pernahkah Anda sadari dalam lima tahun terakhir, ternyata IHSG sanggup memberikan imbal hasil sampai dengan 15,7% net per tahun? Atraktif bukan?

Selama beberapa tahun terakhir, investasi di pasar modal sanggup memberikan imbal hasil yang kompetitif karena ditunjang dengan kondisi ekonomi Indonesia yang baik. Indonesia bahkan sudah masuk peringkat layak investasi. Artinya, Indonesia telah diperhitungkan dalam radar investasi global. Saham yang memiliki fundamental baik tentunya akan terus memberikan imbal hasil yang baik pula. Sebagai contoh, saham suatu perusahaan yang harganya Rp 204 pada tahun 1997 bisa mencapai harga Rp 7.400 per lembar saham, atau tumbuh lebih dari 35% per tahun selama lebih dari 14 tahun terakhir.

Namun banyak orang yang masih takut berinvestasi langsung pada instrumen saham karena fluktuasi yang tajam, dan kurangnya pemahaman mengenai instrumen ini. Sebenarnya terdapat jembatan bagi mereka yang ingin berinvestasi pada pasar modal, yaitu reksadana. Wadah investasi reksadana dapat membantu masyarakat menangkap peluang di pasar modal sebagai alternatif investasi dengan tingkat resiko yang lebih terkendali untuk perencanaan keuangan pribadi agar dapat hidup nyaman di masa depan. (yap/adapted from various sources. sumber data: Bloomberg, data per akhir September 2012)


Kamis, 04 September 2014

Mengapa Berinvestasi?

1.  Adanya keterbatasan atau ketidakpastian atas penghasilan di masa depan
Setiap orang umumnya  pasti akan melalui berbagai fase kehidupan. Sejak masih bergantung kepada orangtua yang membiayai, kemudian memasuki fase usia produktif; fase dimana seseorang sudah memiliki penghasilan sendiri. Fase usia produktif itu terbatas dan akan bergeser ketika seseorang memasuki masa pensiun. Kemudian dilanjutkan fase masa pensiun sampai meninggal dunia yang kita tidak bisa mengetahui kapan. Karena fase masa produktif terbatas, pada fase tersebut seseorang harus mengelola keuangannya dengan bijaksana sehingga pada masa pensiun atau non produktif sudah memiliki dana yang cukup.

2.  Adanya kebutuhan masa depan seperti dana pensiun, pendidikan anak, modal usaha, perjalanan ibadah, warisan, dll.
Kebutuhan masa depan yang semakin lama semakin mahal. Sebagai contoh, rata-rata kenaikan biaya pendidikan di Indonesia sebesar 20% per tahun!. Apakah seseorang  yang saat ini masih bekerja memiliki kepastian yang sama akan penghasilannya?  Berapa kenaikan penghasilan paling tinggi setiap tahunnya? Rata-rata kenaikan penghasilan 10% per tahun, ini berarti ketika seseorang bekerja dengan baik maka ada kemungkinan penghasilannya naik 10% per tahun. Namun bagaimana dengan kenaikan biaya pendidikan yang mencapai 20% per tahun. Apakah ketika anak sudah saatnya memasuki usia sekolah maka bisa ditunda 2-3 tahun lagi karena dananya belum cukup? Mengelola keuangan dengan memilih instrumen investasi yang memberikan hasil diatas kenaikan penghasilan per tahun adalah cara yang bijaksana.

3.  Adanya Inflasi
Secara konstan inflasi terus mengikis kekuatan simpanan. Untuk mempertahankan standar gaya hidup di masa pensiun akan sulit jika Anda tidak menghasilkan  pendapatan yang melebihi inflasi. Dibawah ini contoh Ilustrasi sederhana untuk menunjukkan dampak inflasi dari waktu ke waktu.

Dengan uang yang sama sebesar Rp 50.000,-
Tahun
Beras yang dapat dibeli sebanyak
2000
19 kg
2005
13 kg
2010
6 kg
2013
5 kg
*Sumber data: Bulog


Menurut data Bloomberg, rata-rata tingkat inflasi di Indonesia selama 5 tahun terakhir adalah 7,01% per tahun. Untuk itu jika Anda menginginkan pendapatan yang tidak kalah dengan inflasi, Anda harus berinvestasi dari sekarang pada instrumen investasi yang memiliki return atau tingkat pengembalian yang lebih tinggi dari inflasi. (yap/adapted from miwealth.info/photo credit: Google)

Tips Berinvestasi

Mengelola keuangan tentu bukanlah hal yang mudah. Jangankan berpikir mengenai investasi, merencanakannya saja terkadang tak terbayangkan. Lantas, bagaimana cara mudah untuk merencanakan dan mengelola keuangan agar penghasilan tidak hilang tanpa jejak, dan Anda bisa memiliki investasi? 

Untuk berinvestasi tidak pernah ada kata terlambat untuk memulai dan mengelola keuangan. Biasanya berapapun uang yang kita hasilkan, kita pasti cenderung memiliki keinginan untuk menghabiskannya. Dan faktanya, tidak semua orang bisa mengatur keuangan mereka dengan baik. Padahal, jika direncanakan sejak sekarang, maka yang akan dirasakan adalah momen indah ketika Anda sudah tua atau pada kejadian-kejadian yang tidak diinginkan seperti resiko kehidupan atau resiko finansial.

Sebelum berinvestasi ada 4 (empat) hal yang perlu dipertimbangkan, karena ini akan berpengaruh kepada produk keuangan yang Anda pilih, dan pilihan Anda akan menentukan tingkat kesuksesan dalam mewujudkan impian yang Anda miliki.

  1. Tujuan & Jangka Waktu  
    Menentukan apa dan kapan tujuan dari investasi sangat berpengaruh terhadap pilihan investasi dan tingkat hasil investasi yang Anda inginkan. Contoh : Mempersiapkan dana pensiun, berarti anda berinvestasi dalam jangka panjang untuk kebutuhan pada saat pensiun. Tipsnya adalah hitung kapan Anda akan memasuki usia pensiun lalu dikurangi dengan usia sekarang. Hasilnya adalah jangka waktu yang anda butuhkan untuk berinvestasi dalam mempersiapkan kebutuhan pensiun.
  2. Hasil & Risiko
    Hasil investasi yang tinggi mengandung resiko investasi yang tinggi. Sebaliknya, hasil investasi rendah mengandung resiko investasi rendah. Tipsnya pahami dengan cermat semua produk keuangan yang Anda beli. Dan belilah produk keuangan yang Anda pahami! Misalnya saham merupakan salah satu instrumen keuangan yang paling berisiko, namun dalam jangka panjang memberikan potensi keuntungan yang paling tinggi. Hal ini sangat umum di dunia investasi, jika Anda ingin hasil maksimal maka risiko pun tinggi begitupun sebaliknya.
  3. Likuiditas 
    Kemudahan untuk mengubah investasi menjadi tunai atau mudah untuk diuangkan ini berkaitan dengan tujuan kita. Tipsnya adalah pilih instrumen investasi yang mudah diuangkan tepat pada saat dibutuhkan. Contohnya saja Sertifikat deposito lebih mudah diuangkan dibandingkan investasi langsung di properti.
  4. Pajak
    Pilihan investasi akan mempengaruhi besarnya pajak yang dikenakan dari hasil investasinya. Pada setiap instrumen ada ketentuan pajak. Misalya pajak atas bunga deposito adalah 20%, kalau properti 10%. Khusus untuk produk unit link Anda tidak akan kena pajak diatas 3 tahun. (yap/adapted from miwealth.info/photo credit: Google)
     

Masa Pensiun Tiba. Siapkah Anda?

Kehidupan pensiun seperti apa yang Anda inginkan? Bisa mengajak cucu Anda berjalan-jalan ke tempat menyenangkan dan membelikannya hadiah-hadiah, atau berlibur bersama pasangan kemanapun tempat yang Anda inginkan dan menikmati makanan enak di restoran atau kafe? Sudah cukupkah tabungan Anda untuk melakukan itu?

Menyiapkan dana pensiun tentu tidak mudah karena Anda harus berhadapan dengan berbagai kebutuhan saat ini dengan biaya yang cukup tinggi, sementara Anda harus menyisihkan dana untuk kepentingan 20 hingga 30 tahun ke depan. Namun, apabila itu tidak dilakukan sedini mungkin, pada akhirnya Anda akan terus dibebani dengan masalah kebutuhan keuangan keluarga pada masa pensiun atau hari tua.

Setidaknya ada tiga faktor penting yang harus Anda pahami ketika menyiapkan dana pensiun.
(1)  Faktor inflasi dan tingkat suku bunga karena biaya hidup setiap tahun pasti meningkat. Inflasi dan besarnya tabungan Anda belum tentu cukup untuk masa mendatang.

(2)  Kedua, perkiraan besarnya biaya hidup Anda per tahun saat pensiun nanti. Anda dapat mengalikan biaya kebutuhan hidup per tahun saat ini dengan rata-rata inflasi setiap tahun. Sebagai contoh, jika usia Anda saat ini 35 tahun dan pengeluaran rata-rata Anda sebesar Rp 25 juta per tahun, maka prediksi biaya hidup Anda pada usia 55 hingga 60 tahun ialah Rp 80 hingga 100 juta per tahun dengan asumsi inflasi sebesar 6% per tahun.

(3)  Faktor ketiga ialah resiko. Hal yang tidak dapat kita perkirakan dan kita duga, yaitu resiko yang dapat menimpa kita sehingga kita tidak produktif lagi, seperti resiko sakit, kecelakaan, cacat, bahkan kematian yang dapat mengancam investasi rutin Anda.

Dengan melihat ketiga faktor tersebut, Anda sebaiknya harus menyiapkan dana pensiun dari sekarang. Jika perusahaan tempat Anda bekerja memiliki dana pensiun lembaga keuangan (DPLK), pastikan Anda ikut berpartisipasi karena itu menguntungkan. Namun, lebih baik lagi jika Anda juga bisa merencanakan dana pensiun Anda sendiri, salah satunya melalui produk dana pensiun sekaligus asuransi jiwa. Melalui produk dana pensiun asuransi jiwa, Anda akan terkondisi untuk mendisiplinkan diri dalam hal menabung secara rutin melalui pembayaran premi setiap tahun. Keuntungan lainnya ialah Anda sekaligus mendapatkan manfaat proteksi dari segala faktor risiko, seperti sakit, kecelakaan, hingga kematian di kemudian hari. 
Ilustrasi:



Untuk kenyamanan hidup Anda pada hari tua, segeralah tentukan pilihan. Milikilah  program investasi yang dirancang khusus untuk merencanakan dan mengelola investasi dana pensiun agar tersedia kesinambungan penghasilan yang optimal pada usia pensiun. (yap/adapted from Pride Magz/photo credit: Google)


Selasa, 02 September 2014

Apakah Setiap Orang Perlu Memiliki Asuransi Jiwa Murni?

Jawabnya, belum tentu! Oiya sebelum kita bahas lebih lanjut, bagi yang belum tahu, Asuransi Jiwa Murni berarti asuransi ini hanya untuk memenuhi kebutuhan proteksi jiwa saja atau tanpa adanya skema investasi. Jadi tidak ada nilai tunai yang terbentuk dalam produk ini sebagaimana produk asuransi lainnya yang bersanding dengan investasi (unitlink).

Mereka yang sudah mempunyai penghasilan dan memiliki tanggungan, seperti anak dan pasangan yang tidak bekerja, cocok memiliki produk asuransi jiwa murni. Namun, Anda yang sudah mempunyai penghasilan tetapi masih lajang dan tak ada pihak yang menggantungkan hidupnya pada Anda tidak perlu membeli produk ini. Untuk Anda dalam kategori kedua ini lebih tepat membeli produk asuransi berbasis investasi jangka panjang (misal: retirement plan, persiapan modal usaha, dl) dan juga tentunya proteksi kesehatan (perawatan RS karena sakit dan kecelakaan).

Satu pengecualian lagi, yakni mereka yang mempunyai aset lancar memadai. Maksudnya begini, jika kebetulan Anda memiliki aset lancar atau pendapatan sampingan (passive income) yang jumlahnya melebihi kebutuhan asuransi jiwa dan kebutuhan rutinnya (cash flow). maka dalam kasus seperti ini Anda tidak disarankan membeli asuransi jiwa. Karena meskipun meninggal, keluarga yang ditinggalkannya tidak akan terlantar.

Jika pasangan suami-istri bekerja, perlukah keduanya memiliki asuransi jiwa? Jawabannya bergantung pada fungsi penghasilan keduanya. Katakan, penghasilan istri hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan pribadi alias tidak untuk mencukupi kebutuhan keluarga, maka istri tidak disarankan membeli asuransi jiwa.

Sebaliknya, jika pendapatan istri ternyata sangat berperan besar dalam mencukupi kebutuhan keluarga, sebaiknya, istri juga membuat asuransi jiwa. Dan sebaiknya jangan menggunakan anak sebagai ahli waris meski dana diperuntukkan baginya. Sebaiknya pakai wali waris agar lebih mudah mengeksekusi manfaat asuransi dan menghindari kesulitan melikuidasi uang pertanggungan (UP).

Pada dasarnya, fungsi asuransi jiwa adalah sebagai antisipasi untuk menggantikan pendapatan orang yang meninggal. Tujuannya agar orang yang hidupnya bergantung pada orang yang kemudian meninggal tersebut masih bisa bertahan dari sisi finansial.

Penting untuk dipertimbangkan, agar Anda tak merasa terbebani dengan premi yang dibayarkan, maka pastikan cicilan premi tak mengganggu cash flow dan tabungan wajib untuk dana pendidikan. Pasalnya, banyak nasabah asuransi berhenti di tengah jalan karena terbebani premi. Sebaiknya Anda mengalokasikan maksimal 10% dari penghasilan untuk membeli asuransi. 
(yap/dari berbagai sumber)


Yakin Uang Pertanggungan Asuransi Jiwa Anda Cukup?

Sebelumnya, apakah Anda tahu kenapa sebagai kepala keluarga (baca: pencari nafkah utama) Anda harus memiliki produk asuransi jiwa murni*? Apakah setiap orang perlu memiliki asuransi jiwa murni? Ilustrasi berikut akan membantu Anda.

Anda bekerja keras setiap hari untuk menafkahi keluarga dan membangun asset. Hasil pekerjaan yang Anda lakukan tersebut menjadi harapan bagi kelangsungan hidup keluarga. Kontribusi Anda secara ekonomi adalah pilar vital yang menyokong  ekonomi keluarga sehingga Anda dan istri bisa memastikan dapur mengepul setiap hari, periuk nasi tidak kosong, anak-anak bisa belajar di sekolah terbaik, cicilan rumah atau mobil terbayar, dan biaya-biaya kebutuhan lain termasuk tabungan hari tua tercover.  Itulah besarnya nilai ekonomis Anda! 

Saya hampir yakin, kalau saat ini Anda membeli sebuah mobil, Anda tentu mengasuransikannya bukan? Kenapa? Karena Anda menganggap aset tersebut berharga. Resiko hilang atau kecelakaan biasanya menjadi alasan utama sehingga mobil perlu diproteksi. Nah, diri Anda sendiri? Tentu adalah aset yang jauh lebih berharga dan bernilai ekonomis  lebih tinggi dari sebuah mobil, bukan? Dalam hidup kita juga melekat resiko yang sama. Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Demikian pepatah lama yang berarti segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupan kita itu tidak pasti dan menjadi rahasia Sang Pencipta. Ketidakpastian juga sangat mungkin terjadi dalam kondisi finansial sebuah keluarga. Siapa yang bisa menjamin sebuah keluarga yang berkecukupan akan selamanya berkecukupan? Bagaimana jika tulang punggung keluarga tiba-tiba berpulang, sementara dia memiliki tanggungan yang banyak?

Silakan jawab 5 pertanyaan reflektif berikut, dalam hati saja:
1   KUALITAS HIDUPBagaimana jika Anda tiba-tiba tidak bisa memberi nafkah keluarga Anda? Siapa yang akan terus menyediakan semua fasilitas itu dan memastikan kualitas hidup keluarga Anda tetap terjaga? 
2   ASETKalau Anda tidak persiapkan proteksi yang CUKUP, tidakkah menjual asset (rumah, kendaraan, dll) menjadi pilihan termudah bagi istri Anda demi untuk melangsungkan kehidupan keluarga Anda. Belum melunasi hutang-hutang, kalau ada. 
3     MASA DEPANApakah Anda yakin anak-anak Anda masih bisa belajar di sekolah terbaik seperti saat ini? 
      BEBAN / KEWAJIBANAset Anda tentu warisan sangat berharga bagi keluarga. Tetapi ingat, hutang yang Anda miliki itu diwariskan juga loh. Bagaimana cara membayarnya?
5   VALUE DIRI. Bagus apabila Anda sudah memiliki asuransi jiwa. Tapi pastikan nominal UP nya cukup ya. Agar tidak mubazir.

So, singkat kata, kalau keluarga Anda menggantungkan hidupnya secara finansial pada keberadaan dan kontribusi Anda, maka Anda WAJIB memiliki proteksi asuransi jiwa murni. Pada dasarnya, fungsi asuransi jiwa adalah sebagai antisipasi untuk menggantikan pendapatan orang yang meninggal. Tujuannya agar orang yang hidupnya bergantung pada orang yang kemudian meninggal tersebut masih bisa bertahan dari sisi finansial.

Mengenal aneka cara menghitung UP
Ada beragam metode penghitungan UP. Masing-masing metode akan menghasilkan angka yang berbeda pula. Para perencana keuangan menekankan, pemilihan metode harus disesuaikan dengan tujuan finansial serta kemampuan. Sebab, besaran UP bakal mempengaruhi nilai premi yang mesti Anda bayarkan dalam kurun waktu tertentu.

Tentu, penentu besaran premi bukan hanya UP. Ada faktor lain yang berperan, seperti profil pemegang polis dan proses underwriting perusahaan asuransi. Underwriting adalah proses perusahaan asuransi jiwa memutuskan apakah akan menerbitkan polis yang diminta calon nasabah atau tidak. Dalam hal ini, perusahaan asuransi juga akan memutuskan syarat dan kondisi apa yang diberlakukan serta berapa besar tingkat premi yang dikenakan.

Metode Income Replacement Based
Income Replacement Based (IRB) adalah metode yang bisa digunakan untuk menghitung berapa pendapatan seseorang hingga pensiun. Misal, pendapatan A sebulan Rp 10 juta. Usia A saat ini 35 tahun dan ingin pensiun di usia 55. Jadi, masa produktifnya 20 tahun lagi. Dengan metode ini, cara menghitung UP A adalah Rp 10 juta x 12 (bulan) x 20 (tahun). Hasilnya Rp 2,4 miliar.

Jika A meninggal dan nilai konsumsi keluarga setiap bulannya sebesar Rp 10 juta, uang pertanggungan baru akan habis 20 tahun kemudian. Metode ini biasanya cocok untuk orang yang pensiunnya tidak lama lagi. 

Metode Income Value Based
Metode Income Value Based (IVB) digunakan untuk mencari tahu berapa besar nilai yang apabila ditempatkan di deposito atau dibelikan obligasi ritel akan menghasilkan return setiap bulan sebesar pendapatan tertanggung. Cara menghitungnya, pendapatan dalam setahun dibagi dengan risk free rate.

Masih dengan asumsi yang sama seperti sebelumnya maka cara perhitungnya adalah: Rp 10 juta x 12 (bulan) : risk free rate 5,2%. Hasil perhitungan simulasi tersebut adalah besaran UP sekitar Rp 2,3 miliar. Metode ini cocok jika risk free rate tinggi. Atau jika kemampuan keluarga yang ditinggalkan kelak cukup memadai untuk mengelola UP dengan melakukan investasi yang baik.

Metode Survival Value Based
Metode Survival Value Based (SVB) adalah menghitung pendapatan selama masa produktif sampai usia pensiun lalu ditambah dengan utang-utang yang dimiliki dan kebutuhan dana darurat keluarganya. Cara menghitungnya bisa menggunakan IRB, IVB + utang-utang + kebutuhan dana darurat. Metode ini cocok untuk keluarga yang memiliki utang besar dan utangnya tersebut tidak dilindungi asuransi jiwa kredit.

Setelah tahu cara menghitung UP, coba buka polis Anda dan hitung kembali. Sudah idealkah Uang Pertanggungan Anda? Jadilah pembeli asuransi yang bijak. Jangan undervalue nilai ekonomis Anda sendiri. Karena Anda terlalu berharga bagi keluarga Anda!


Bagi yang belum memiliki, jangan sampai salah beli produk! Saatnya Anda membandingkan produk asuransi yang menawarkan premi paling minim dengan UP yang sama. Pastikan kembali kebutuhan, tujuan keuangan serta kemampuan Anda dan keluarga sebelum membeli sebuah produk perlindungan jiwa. (yap/dari berbagai sumber)

*Note: Asuransi Jiwa Murni berarti asuransi ini hanya untuk memenuhi kebutuhan proteksi jiwa saja atau tanpa skema investasi.